RuangSeni—Bedas Body Movements, menggelar program residensi seni “Bedas Belajar Mengajar” di Sanggar Purnama Kademangan, Tanggamus. Program ini bukan sekadar wadah seni, melainkan jembatan yang menghubungkan seniman musik dan tari tradisional Lampung untuk saling berinteraksi dan berkreasi.


Kegiatan ini mendapat sambutan hangat dari para penggiat seni di Sanggar Purnama. Antusiasme yang luar biasa ditunjukkan oleh semua peserta, termasuk Zaky, ketua sanggar, dan Kiyay Daul, tokoh penggiat budaya setempat, yang turut mengapresiasi dan mendukung penuh inisiatif ini. Ruang residensi pun berubah menjadi tempat pertukaran ide yang hidup, di mana setiap sesi pelatihan menjadi interaktif dan inspiratif di bawah bimbingan para pengajar dari Bedas Body Movements.

Dalam bidang tari, M. Rizki Saputra, S.Sn, dan Ikhsan Taufiq memimpin eksplorasi gerak, mulai dari teknik dasar hingga pengembangan gerak yang berakar pada tarian lokal. Sementara itu, di ranah musik, Alex Sandro Valentino, Raihan Rayya Samudra, Haikal Pasca Tambunan, Haris Ikhsanul Jahri, dan Rama Alquran Abdurrahman membimbing peserta dalam menemukan harmoni baru, memadukan bunyi tradisional dengan sentuhan modern.

Rayen Minor, ketua program, menjelaskan filosofi di balik nama kegiatan ini. “Kami menamai program ini ‘Bedas Belajar Mengajar’, bukan sekadar residensi. Ini adalah pengakuan tulus bahwa di sini, kami semua adalah murid dan sekaligus guru,” ujarnya. “Kami datang bukan untuk mengajari, melainkan untuk belajar, dan dari proses belajar itu kami mencoba mengajar. Niat kami sederhana, untuk saling berbagi dan merawat warisan budaya Lampung yang tak ternilai. Semoga, dengan langkah kecil ini, api semangat generasi muda untuk terus melestarikan budaya tidak pernah padam.”
Sebagai puncak dari kolaborasi ini, akan dipresentasikan sebuah pertunjukan yang menampilkan karya baru, yang mencerminkan kearifan lokal Tanggamus. “Bedas Belajar Mengajar” membuktikan bahwa dialog antar seniman dari latar belakang berbeda mampu melahirkan karya yang otentik, bermakna, dan yang paling penting, menjaga nyala api kebudayaan. (san)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *