Sebuah Pengantar Pertunjukan, Ditulis oleh: EM Yogiswara

RuangSeni – Dalam keberagaman konsep pementasan yang dilakukan oleh Teater AiR Jambi, di pementasan ke 60 ini, saya–satu diantara sutradara yang dimiliki Teater AiR Jambi–tetap menawarkan konsep pementasan realis tubuh yang menitikberatkan pada penggunaan tubuh tokoh sebagai medium utama ekspresi, dengan tetap mempertimbangkan elemen realisme pada tiap ucapan yang dilontarkan tokoh.

Konsep realis tubuh pada naskah berjudul “Kutha” karya Devi Hanan, saya mencoba menggabungkan realita dalam perilaku manusia dengan eksplorasi tubuh sebagai sarana komunikasi non-verbal, melampaui batasan dialog verbal yang sering menjadi fokus dalam teater realis.

Dalam konsep realis tubuh, saya tetap mengedepankan eksplorasi artistik, cerita atau konflik tetap memiliki elemen yang relevan dengan kenyataan kehidupan manusia.

Konsep realis tubuh dalam naskah yang absurd –karena mengisahkan manusia di ambang hidup mati, lalu dikunjungi sifat manusia yang ada di diri (sombong, bahagia yang berlebihan, arogan, manipulatif, suka menyela, tamak, mewajibkan saya untuk mengeksplorasi konsep teater menjadi realis tubuh agar mampu mengungkapkan emosi dan konflik secara lebih mendalam melalui gerakan dan ekspresi tubuh, yang diharapkan amanah yang diinginkan penulis naskah sampai pada penonton.

Saya berharap, dengan konsep realis tubuh yang diperankan oleh sebelas aktor pemula ini–hasil seleksi dari 47 orang pendaftar pada open rekruitment– pemain memiliki kesadaran tubuh dalam memperkaya serta mengolah rasa dan tubuh dalam mencapai emosional.

Harapan saya terhadap anggota dan pengurus yang sudah membangun teater hingga 25 tahun, adalah menggarap atau menggunakan naskah dari karya internal Teater AiR Jambi dalam setiap pementasan. Sebab, selain banyaknya sutradara, Teater AiR Jambi juga punya penulis naskah lakon dan monolog yang andal, misalnya Titas Suwanda, Oky Akbar, Randa Gusmora, Devi Hanan, Windy Kaunang, Gesang Tri Wahyudi, Khairul Ni’mah, Rani Iswari, Agung Syaputra, M. Aldianto Muheldi, Ayu Diah Lestari, Laila Fajrianti, Arianza Rafindo, Ike Prawolo, dll.

Saya yakin, Teater AiR akan terus menggali, merefleksikan, dan merepresentasikan nilai-nilai lokal, budaya, religi, dan isu-isu kemanusiaan secara kreatif dalam penulisan naskah lakon dan monolog dengan format modern. Misalnya, mengeksplorasi gaya penulisan baru, seperti penggunaan format eksperimental, narasi interaktif, atau kolaborasi lintas disiplin seni (misalnya, sastra, teknologi digital, dan multimedia).

Harapan lain adalah terus menumbuhkan generasi pelaku teater dan apresiator seni agar teater tetap hidup, meski kita sendiri belum bisa hidup dari teater. Salam. Sehat Pemikiran. (***)

Penulis merupakan sutradara dan pendiri Teater AiR Jambi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *