RuangSeni – Setiap musik membutuhkan nada dan setiap nada terbentuk dari susunan notasi yang sambung-menyambung yang kerap kita sebut not balok. Lalu bagaimana sejarah not balok ?
Musik dengan komposisi lengkap yang terdiri dari nada dan lirik, mulai muncul dan dikembangkan oleh bangsa Yunani Kuno. Saat itu, komposisi musik yang lengkap dikenal dengan nama Seikilos Epitaph.
Kemudian, pada zaman Kekaisaran Bizantium (Byzantine) Romawi, notasi yang serupa dengan solmisasi barat (memakai huruf A hingga G) atau disebut “sol-fa” mulai tumbuh. Menurut beberapa orang, penggunaan notasi “sol-fa” hampir sama dengan “Notasi Boethian”.
Seiring waktu, notasi musik terus mengalami perkembangan, seiring dengan semakin berkembangnya gereja-gereja di Eropa dan akhirnya seorang ahli musik bernama Guido d’Arezzo, diyakini sebagai penemu not balok untuk menggantikan notasi neumatik.
Guido dari Arezzo adalah seorang biarawan Benediktin dan ahli teori musik dari era Abad Pertengahan. Guido memelopori pengekspresian diri melalui musik di Eropa Barat, dan mengembangkan struktur musik untuk memudakan pembacaan dan bermusik.
Dalam sebuah catatan yang cukup terkenal dan berjudul Micrologus. Catatan itu berisi tentang menyanyi dan suatu cara untuk mengajarkan Gregorian Chant, serta membahas tentang komposisi musik polifonik. Beberapa catatan sejarah mengatakan bahwa Micrologus ini sudah ada sekitar tahun 1025 atau 1026 itu, Guido juga cukup dikenal dengan solfege-nya.
Pada awal kemunculan solfege buatan Guido hanya terdiri dari 6 not saja dan sering dikenal dengan nama hexachord. Adapun 6 not yang dimaksud, yaitu ut, re, mi, fa, sol, la. Kemudian, seiring dengan perkembangan zaman, not ut, di beberapa negara diubah menjadi do. Selain itu, jumlah not juga ditambahkan menjadi tujuh dengan ditambah not ti (si) oleh banyak orang. Hingga pada akhirnya, not yang kita kenal menjadi “solmisasi” tujuh nada. Bahkan “solmisasi” tujuh nada sudah digunakan di banyak negara dan menjadi standar dalam memainkan sebuah musik.
Tidak hanya pengubahan pada not dan penambahan pada not Guido saja, tetapi musik yang terus berkembang membuat notasi balok atau not balok yang sudah lama juga ikut berkembang.
Perkembangan lainnya terjadi pada garis paranada yang di mana sebelumnya hanya 4 garis saja, kini sudah menjadi 5 garis paranada. 5 garis paranada ini merupakan garis paranada yang kita kenal dan kita gunakan hingga saat ini. (Dirangkum dari berbagai sumber/ Ara)